Bloggroll

Jumat, 16 Desember 2011

Belajar Sains itu Menyenangkan

Belajar Sains? Menyenangkan Juga lhoo.

Apa yang terlintas di pikiran kamu setelah mendengar kata "sains"? Membosankan? Rumit? Bisa buat kepala pusing tujuh keliling? Tenang saja, sekarang sudah ada cara tertentu untuk mengatasi momok yang menyeramkan bagi sebagian besar murid di Indonesia.
Selama ini sebagian besar guru hanya mencekoki murid-muridnya dengan segala macam jenis rumus tanpa melakukan hal yang seharusnya dilakukan dalam mempelajari sains, seperti melakukan pengamatan yang cermat; mengorganisir dan menganalisis data; mengukur, membuat grafik, dan memahami hubungan spasial; memerhatikan dan menata pemikiran mereka sendiri; dan tahu kapan dan bagaimana cara mengaplikasikan pengetahuan mereka untuk memecahkan problem (Chapman, 2000).
Hal ini yang penting dalam mempelajari sains, justru dilupakan oleh guru, terutama di SD. Hal inilah yang menyebabkan banyak murid yang tidak pandai sains. Banyak ilmuwan dan pendidik percaya bahwa sekolah perlu lebih membimbing murid untuk mempelajari keahlian sains ini (Cocking, Mestre, & Brown, 2000; Penner, 2001; Tolman, 2002).
Dari penemuan dan investigasi laboratorium, banyak guru sains kini membantu murid-muridnya mengkonstruksi pengetahuan sains mereka (Chiapetta & Koballa, 2002; Martin, Sexton, & Franklin, 2002). Beberapa pendekatan konstruktivis untuk pengajaran sains dewasa ini menggunakan cara eksplorasi problem sains sehari-hari, yakni aktivitas yang membantu siswa berpikir tentang bagaimana sains bekerja, dan konteks sosial dari sains (Linn, Songer, & Eylon, 1996).
Program Science for Life and Living (SLL) (Biological Sciences Curriculum Study, 1989) yang didanai oleh National Science Foundation, merupakan salah satu pendekatan konstruktivis. Program ini menekankan pada (Biological Sciences Curriculum Study. 2001):
  • "Sains sebagai cara untuk mengetahui." Pernyataan ini mengandung gagasan bahwa sains bukan sekadar pengetahuan, tetapi juga cara unik untuk mempelajari dunia.
  • "Teknologi sebagai cara melakukan sesuatu." Fokusnya bukan pada komputer, tetapi pada pemahaman bagaimana orang menggunakan proses dan alat teknologi untuk memecahkan problem-problem praktis.
  • "Kesehatan sebagai cara berperilaku." Penekanannya pada penerapan keahlian penalaran ilmiah dalam membuat keputusan tentang kesehatan, fokus pada tema-tema seperti sebab dan akibat, serta pemahaman tentang cara berpikir kritis terhadap informasi yang mengklaim bisa meningkatkan kesehatan.
Dalam sebuah studi yang dilakukan di lima sekolah di North Carolina, murid-murid yang menggunakan kurikulum SLL mendapat nilai yang lebih tinggi pada ujian biologi dan ujian pemahaman konseptual lainnya ketimbang murid yang menggunakan kurikulum reguler (Maidon & Wheatly, 2001).
Selain dengan menggunakan pendekatan konstruktivis, ada cara lain yang dapat menjadikan sains sebagai sesuatu yang menyenangkan. Kondisi psikologis siswa yang merasa seram dan benci pada pelajaran sains harus dibenahi jika Indonesia ingin maju dan berdaya saing. Karena itu, gagasan untuk menciptakan pembelajaran sains yang asyik dan menyenangkan harus terus digalakkan.
Yohanes Surya, ahli Fisika Indonesia, mengamati pembelajaran sains di Indonesia tidak maju karena guru lebih berfokus pada penghafalan rumus-rumus. Akibatnya, siswa menjadi terbebani dan tak mampu mengaplikasikan rumus-rumus itu untuk memecahkan persoalan melalui pendekatan sains.
Dari pengalamannya mengajar, Yohanes kemudian menciptakan pembelajaran Fisika tanpa rumus yang disebutnya Fisika gampang, asyik, dan menyenangkan (gasing) untuk membantu belajar siswa dan guru. Yohanes lewat Yayasan Surya Institute membuat VCD Fisika gasing yang mengajak siswa dan guru belajar fisika dengan memahami konsep dan menggunakan logika.
”VCD Fisika yang satu paketnya terdiri dari 20 keping itu boleh diperbanyak siapa saja. Cuma butuh dukungan dari pemerintah daerah dan swasta supaya VCD itu bisa diperbanyak dan disebarluaskan secara gratis ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Belajar sains yang tidak menarik buat siswa perlahan-lahan dipatahkan dengan menciptakan komik sains. PT Kuark Internasional yang digagas pemerhati pendidikan menciptakan tokoh-tokoh komik yang mengajarkan sains (Fisika, Zoologi, dan Astronomi) untuk siswa SD dengan kekuatan visual.
”Dengan bentuk komik, anak- anak tidak berat untuk belajar sains. Sambil tidur-tiduran atau di mana saja, mereka sudah bisa belajar. Suasana yang rileks itu membuat anak-anak yang tadinya antisains jadi mulai suka,” kata Gelar Soetopo, Pengelola Produksi PT Kuark Internasional.
Soetopo menambahkan, anak-anak juga dirangsang untuk melakukan kegiatan percobaan dengan memanfaatkan apa yang ada di sekeliling mereka. Para guru dan orangtua diharapkan bisa membantu dan mendorong anak untuk berpikir secara ilmiah.
”Belajar sains itu tidak hanya untuk menguasai ilmu sains, tetapi sains bisa mendorong hal lain pada diri anak seperti berpikir sistematis, logis, punya daya analisis, serta sabar untuk mencoba. Mau jadi ilmuwan atau tidak, anak-anak ini ke depannya bisa berpikir secara ilmiah,” katanya sambil menyebutkan komik sains Kuark sudah mencapai tiras 75.000 eksemplar.
Pembelajaran sains yang menyenangkan dan membuat anak asyik sudah 22 tahun dilakukan PT Pesona Edukasi, pencipta perangkat lunak Pesona Fisika dan Pesona Matematika dari SD-SMA/ SMK. Perangkat lunak pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi itu menyajikan pembelajaran Fisika dan Matematika dengan menggunakan animasi yang interaktif.
Siswa bisa tertawa saat belajar sains yang tadinya menakutkan. Materi yang diajarkan di perangkat lunak karya asli Indonesia yang sudah diekspor ke mancanegara itu dirancang sesuai kurikulum hingga memudahkan guru dan siswa belajar Fisika dan Matematika di sekolah.
Gairah belajar sains yang mulai tumbuh berkat adanya terobosan yang dilakukan anak-anak bangsa untuk memutus ”ketakutan” anak-anak pada sains itu perlu didorong. Pemerintah mestinya mampu memanfaatkan inisiatif dan inovasi yang tumbuh dari masyarakat ini dengan dukungan berupa kebijakan dan pendanaan. (Ester Lince Napitupulu) -Kompas-.
Sourch : Cassina

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger